Air untuk kehidupan yang semakin tercemar dan sulit didapat


Yang saya ingat dulu saat masih duduk di sekolah dasar,guru-guru disana selalu mengingatkan bila kita ingin tahu kapan musim hujan dan kapan musim kemarau,lihat saja dari nama-nama bulan,jika bearkhiran "ber",baik itu september,oktober,november,desember,berarti itu musim hujan.Dan sebaliknya,bila tidak berakhiran "ber",baik itu januari,februari,maret,april,mei,juni,juli,dan agustus,itu tandanya sudah masuk musim kemarau.
Itu yang sering saya ingat,dan benar memang seperti itu.Saat akan masuk bulan september,kita bersiap untuk menyambut musim penghujan,tak pernah berubah.Tapi sekarang,prediksi seperti itu kadang meleset terlalu jauh.Hari ini hujan,bukan berarti besok tidak akan panas ataupun sebaliknya.Semuanya serba dalam ketidakpastian.
Ini salah satu dampak dari perubahan iklim,adanya efek rumah kaca yang memicu pemanasan global.Dalam siklusnya,sinar matahari yang menyinari bumi,sebagian di pantulkan lagi oleh bumi ke angkasa yang berwujud radiasi infra merah ke luar angkasa dan sebagian lagi akan tersimpan di bumi sebagai akibat menumpuknya gas rumah kaca,diantaranya uap air,karbondioksida,sulfur dioksida dan metana.Yang berfungsi hampir sama dengan efek rumah kaca.
Sebenarnya,efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh bumi dan seluruh makhluk yang ada di dalamnya.Karena jika tidak ada efek rumah kaca ini,planet ini akan menjadi dingin.Dengan kata lain,fungsi awal dari rumah kaca ini adalah untuk menghangatkan bumi.Namun,lain halnya jika gas-gas rumah kaca itu menjadi berlebihan,dan efek rumah kaca bisa menjadi pemicu pemanasan global.Maka ,terjadilah perubahan iklim yang berdampak pada cuaca ekstrim,angin puting beliung,kekurangan air dan kekeringan,es kutub mencair,banjir dan longsor,serta segala musibah lainnya.(sumber 99.co)
Salah satu musibah dan dampak perubahan iklim yang sering kita rasakan saat ini adalah kekeringan dan sulitnya mendapatkan air bersih.Dimana musim kemarau seakan terasa semakin panjang dan lama dari biasanya.Menyebabkan sumber-sumber mata air menjadi kering.Kalaupun masih ada,ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,baik itu pencemaran air ataupun adanya politisasi di dalamnya.Dimana penggunaan air untuk masyarakat umum dibatasi,namun di sisi lain dipergunakan/diperjualbelikan untuk kepentingan-kepentingan industri/kapitalis.
Sebenarnya,penyediaan air untuk penduduk indonesia adalah 9× penduduk dunia.Namun faktanya ada lebih dari 119 juta jiwa rakyat indonesia masih kekurangan air.Belum lagi dari ketersediaan air yang ada,banyak dipengaruhi oleh pencemaran-pencemaran air yang diakibatkan oleh masyarakat itu  sendiri.Contohnya di daerah Jombang dan sebagian besar jawa timur,yang sebagian besar penduduknya sebagai pengimpor sampah terbesar di wilayah Indonesia.Dan kebanyakan dari sampah-sampah tersebut merupakan sampah elektronik yang berpengaruh besar pada pencemaran air,sehingga air menjadi tidak layak minum.Jangankan untuk kebutuhan vital sehari-hari,seperti minum,mandi dan memasak.Untuk sekedar mencuci atau menyiram tanaman pun,sepertinya air tidak bisa digunakan.Contoh lainnya terlihat juga di Provinsi Nusa Tenggara Timur,dimana banyak masyarakat disana mengeluhkan kekurangan air,sedangkan disisi lain,air disana menjadi salah satu komoditi yang diperjualbelikan.Anggaran belanja rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari disana lebih besar dari anggaran belanja penduduk di belahan bumi yang lain untuk kebutuhan produk yang sama.Kekurangan air bersih di NTT ini pula diakibatkan oleh banyaknya pertambangan-pertambangan yang tersebar di seluruh bagian NTT.Dimana,perusahan-perusahaan industri dan pertambangan-pertambangan itu merupakan pelaku usaha yang boros air,dalam arti memerlukan banyak air,dan berperan besar dalam pencemaran air.Belum lagi pada daerah-daerah kawasan industri,yang menyumbang paling banyak peran dalam pencemaran air.(sumber http://kbrprime, http://m.kbr.id)
Salah satu upaya yang dilakukan masyarakat-masyarakat yang terdampak seperti yang disebutkan tadi,biasanya hanya mengandalkan air hujan.Dimana mereka menampung air hujan,sebagai persediaan air.Ataupun mengambil air dari sumur-sumur resapan.Sumur resapan ini dibuat untuk menampung air hujan untuk selanjutnya diserapkan lagi ke dalam tanah.Sebagai persediaan air dalam jangka panjang.Bentuknya menyerupai lubang di atas permukaan tanah yang menyerupai sumur.Yang membedakan antara sumur resapan dan sumur untuk air minum adalah,apabila sumur resapan digali di atas permukaan tanah yang dangkal.Sedangkan sumur air minum digali dengan kedalaman jauh di bawah tanah,biasanya lebih dari 20 -40 meter.
Seharusnya,air di dalam tanah inilah yang bisa dijadikan alternatif saat air di permukaan tanah telah habis,sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari menggunakan air di permukaan tanah.Namun pada kenyataannya,air di permukaan tanah inilah yang sering mengalami pencemaran-pencemaran yang disebabkan oleh ulah manusia.Seperti contohnya kebiasaan membuang sampah sembarangan,pembuangan limbah-limbah industri dan sebagainya.Sedangkan air tanah dalam diambil oleh pihak-pihak industri dengan tidak beraturan.Dimana dalam aturannya,perumahan dan rumah tangga hanya boleh mengambil air dengan kedalaman lebih dari 40 meter.Sedangkan untuk kedalaman lebih dari 40 meter diperuntukkan untuk industri,niaga dan perhotelan.Itu pun dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 100 kubik perhari.Namun kenyataannya,tidak seperti itu.Banyak industri -industri yang justru mengambil air di kedalaman tanah lebih dari 100-200 meter dengan jumlah yang melebihi batas yang ditentukan dan kemudian di perjualbelikan dimana perumahan-perumahan dan rumah tangga kesulitan air,karena air di permukaan tanah banyak mengalami pencemaran.(sumber discovery channel)
Ketimpangan-ketimpangan inilah yang seharusnya menjadi prioritas pemerintah untuk turut berperan aktif dalam pengawasan di lapangan.Aturan-aturan dan program-program pemerintah tentang pengadaan air bersih ini sudah lebih dulu dicanangkan.Seperti yang dicanangkan presiden Jokowi tahun 2017 tentang "Seribu Waduk".Yaitu program untuk mengatasi kesulitan air dan mengatasi kekeringan.Dimana di setiap sumber mata air akan dibangun waduk-waduk,baik sebagai pemenuhan air untuk kebutuhan sehari-hari ataupun sebagai sumur resapan.Namun sampai dengan tahun 2020 ini saja,program itu belum bisa terselesaikan dengan baik.Juga dengan program DKI Jakarta untuk mencanangkan 1000 pipa untuk seluruh masyarakat Jakarta pada tahun 2020.Dimana setiap rumah-rumah di jakarta.Khususnya masyarakat miskin dan yang tinggal di pemukiman padat akan di fasilitasi pipa air,dimana air akan dialiri dari sumur-sumur resapan yang dibangun di tempat-tempat yang strategis di Jakarta.Namun upaya ini pun belum mencapai maksimal.Ini mungkin berhubungan erat lagi dengan kebijakan-kebijakan yang dicanangkan pemerintah yang tidak sejalan dengan pengawasan di lapangan.(sumber kbrprimem.kbr.id)
Bagi masyarakat seperti kita sebenarnya,tidak terlalu bermasalah dengan apapun kebijakan pemerintah selama itu menguntungkan kita semua.Yang menjadi masalah bagi kami adalah bagaimana kita semua bisa menikmati air sebagai sumber kehidupan yang utama,yang tidak tercemar dan tak sulit didapat.Walaupun mungkin pencemaran-pencemaran itu juga berawal dari peran masyarakat itu sendiri.Jangan sampai kita kekurangan air di tempat yang seharusnya menjadi sumber mata air.Sedangkan di sisi lain,perubahan iklim sudah semakin kita rasakan.Dimana musim hujan dan musim kemarau datang nya tak tentu.Dengan kepastian bila hujan akan banjir dan kemarau pasti kekeringan dan kesulitan air.
Memang dibutuhkan peran serta masyarakat dalam mengurangi pemanasan global untuk mencegah perubahan iklim yang lebih ekstrim lagi dari yang sudah kita alami saat ini,namun peran pemerintah juga sangat menentukan untuk keberlangsungan hidup rakyatnya.Terlebih masalah air ini dan juga masalah-masalah pokok lainnya.Sehingga ada kerjasama yang baik antara kedua belah pihak untuk menghadapi perubahan ini.
Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim.Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN).Syaratnya bisa dilihat disini, http://bit.lyLombaBlogPerubahanIklim




Opini ini sedang diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan m.kbr.id,
 bit.ly/LombaBlogPerubahanIklim




Comments

Popular posts from this blog

Mau Jalan-Jalan Kemana Setelah Pandemi Usai? Ini 4 Kawasan Wisata yang Harus Saya Kunjungi Nanti!

Kau Wanita

11+ Cara Meningkatkan Potensi Ekspor Indonesia