Hutan dan udara yang saling berkaitan

Seperti kita ketahui,hutan merupakan paru-paru dunia.Keterkaitannya dengan udara memang tidak bisa dipisahkan begitu saja.Dimana bila hutannya hijau,terawat dan dan tidak gundul,bisa menyumbangkan udara yang bersih kepada semua penduduk yang berdiam di sekitarnya.Dan beruntungnya lagi,Indonesia menempati tempat kedua setelah Brazil,sebagai negara yang mempunyai hutan terluas dan terbesar di dunia.Belum lagi,Indonesia dilintasi oleh garis khatulistiwa yang menjadikan hutannya tumbuh dengan beraneka ragam hayati yang hanya dapat ditemui di hutan-hutan yang beriklim tropis saja.
Hutan yang hijau juga dijadikan sebagai media pengobatan untuk mengatasi stress.Seperti yang dikemukakan oleh beberapa ilmuwan korea selatan.Mereka melakukan penelitian dan riset di lapangan,dan hasilnya menunjukkan bahwa berjalan-jalan di hutan atau alam bebas selama 45 menit,bisa menurunkan stress hingga 15 %,dan bisa menumbuhkan kreatifitas dan produktifitas seseorang hingga 60%,jika dibandingkan dengan orang-orang yang sehari-harinya hidup di perkotaan dan terbiasa dengan rutinitas  yang memicu timbulnya stress dan keletihan.(sumber http://nationalgeographic.co.id)
Tapi,ini hanya bisa terjadi jika hutannya masih hijau dan terawat.Bagaimana jika hutannya sudah gundul dan tidak terawat ? Jawabannya bisa ditebak...akan timbul bencana-bencana yang ujung-ujungnya bisa merugikan manusia yang tinggal di sekitarnya.Baik itu berupa tanah longsor,kebakaran hutan dan sebagainya.
Kebakaran hutan ini bisa terjadi karena beberapa asfek,pertama karena ulah manusia itu sendiri.Pembalakan hutan salah satunya.Dimana hutan-hutan sengaja dibakar oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi kepentingan pribadi/golongan,untuk dijadikan lahan pertanian/perkebunan yang baru.Seperti misalnya perkebunan karet.
Untuk menanam pohon karet,diperlukan tanah berhektar-hektar dengan waktu yang seefisien dan secepat mungkin.Dan perkebunan karet tidak bisa disatukan dengan pepohonan yang lain,karena perkebunan karet bersifat monohortikultural (perkebunan hanya dengan satu jenis tanaman).Maka otomatis,pepohonan yang ada  selain itu,dan yang sebelumnya tumbuh harus ditebang dan diganti dengan bibit pohon karet.Dan tidak memungkinkan untuk menebang satu persatu pohon-pohon selain karet yang tumbuh disitu,dengan luas berhektar-hektar,dan dalam waktu yang sangat singkat.Maka salah satu upayanya adalah dengan sengaja membakar lahan hutan.
Kedua,adalah asfek dari perubahan iklim dari adanya efek rumah kaca yang memicu pemanasan global. Dalam siklusnya,sinar matahari yang menyinari bumi,sebagian di pantulkan lagi oleh bumi ke angkasa yang berwujud radiasi infra merah ke luar angkasa dan sebagian lagi akan tersimpan di bumi sebagai akibat menumpuknya gas rumah kaca,diantaranya uap air,karbondioksida,sulfur dioksida dan metana.Yang berfungsi hampir sama dengan efek rumah kaca.
Sebenarnya,efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh bumi dan seluruh makhluk yang ada di dalamnya.Karena jika tidak ada efek rumah kaca ini,planet ini akan menjadi dingin.Dengan kata lain,fungsi awal dari rumah kaca ini adalah untuk menghangatkan bumi.Namun,lain halnya jika gas-gas rumah kaca itu menjadi berlebihan,dan efek rumah kaca bisa menjadi pemicu pemanasan global.Maka ,terjadilah perubahan iklim yang berdampak pada cuaca ekstrim,angin puting beliung,kekurangan air dan kekeringan,es kutub mencair,banjir dan longsor,serta segala musibah lainnya.Dalam kasus kebakaran hutan,pemanasan global ini berdampak kepada bertambahnya titik-titik api di beberapa kawasan hutan.Salah satunya terlihat di beberapa hutan di kawasan riau,jambi,di sebagian sumatera utara,dan kalimantan,yang musim ini mulai memasuki musim kemarau.
Berdasarkan satelit terra/aqua Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),ada terdapat 700 titik api disana.Yang mana jika tersulut api sedikit saja,akan menimbulkan kebakaran hutan.Walaupun karena faktor ketidak sengajaan,seperti misalnya membuang puntung rokok di area hutan.Memang seperti hal yang sepele,namun bisa berakibat fatal untuk untuk semua penghuni kawasan hutan penduduk yang tinggal di dekatnya.
Dampak dari kebakaran hutan ini diantaranya adalah :
Rusaknya ekosistem,dimana dalam satu hutan saja terdapat ratusan bahkan ribuan jenis flora dan fauna.
Hutan menjadi gundul,yang bakan berdampak pula pada bencana lain seperti tanah longsor.
Berkurangnya pasokan air dalam tanah,yang memicu kekeringan.
Pencemaran udara.Berawal dari kabut asap yang mengganggu jarak pandang,kesulitan bernapas/ispa/pneumonia,dan asap ini pula merupakan gas karbondioksida yang akan naik ke udara,dan memperparah pemanasan global.(sumber http://indonesiabaik.id)
Pencemaran udara karena kebakaran hutan ini menimbulkan resiko pada orang-orang yang tinggal di sekitar hutan yang tetbakar.Dimana pada tahun 2019 saja,pada saat kebakaran hutan gambut melanda pulau kalimantan dan sumatera,tercatat ada sekitar 10 juta anak yang terpapar kabut asap.Belum lagi wanita hamil dan lansia,yang rentan terpapar polusi udara akibat kabut asap ini.Sebuah riset menunjukkan,bahwa bayi yang lahir dari seorang ibu yang terpapar polusi selama kehamilan akan berdampak pada gangguan kehamilan,berat bayi rendah dan bayi lahir prematur.(sumber http://unicef.org)
Apalagi di saat pandemi coronna ini,ancaman kekeringan dan kebakaran hutan ini akan meningkatkan penyebaran virus covid 19 pada penduduk yang tinggal di sekitar hutan yang terbakar.Dimana gejala covid 19 yang lebih parah adalah gangguan paru-paru yang menimbulkan pneumonia yang berujung pada kematian.
Dengan begitu kiranya,kita harus waspada dan lebih peduli dengan alam sekitar kita.Karena semuanya saling keterkaitan satu sama lain.Setiap tindakan yang kita lakukan pada alam, akan berdampak pada diri kita kembali.Jika kita menyayangi alam,maka alam pun akan memberikan hal yang positif bagi kita,misalnya dengan hasil buminya yang dapat kita manfaatkan.Sedangkan jika kita merusak alam,maka alam pun tak segan membawa dampak buruk terhadap kita berupa bencana dan musibah lainnya.
Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim.Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN).Syaratnya bisa dilihat disini, 



Opini ini pernah diikutsertakan dalam lomba blog perubahan iklim yang diselenggarakan oleh m.kbr.id

Comments

Popular posts from this blog

Mau Jalan-Jalan Kemana Setelah Pandemi Usai? Ini 4 Kawasan Wisata yang Harus Saya Kunjungi Nanti!

Kau Wanita

11+ Cara Meningkatkan Potensi Ekspor Indonesia