Membangun Rumah Impian


Program pemerintah mengenai sejuta rumah untuk rakyat Indonesia

Kondisi jalan depan rumah sebelum dilakukan pengaspalan
Rumah setelah direnovasi

Tepat di tahun 2014, kami membeli sebuah rumah di kawasan Bandung timur. Tak jauh dari tempat kami mengontrak rumah sebelumnya. Dengan bantuan mertua, suami mencari sebuah rumah murah di kawasan perumahan lama. Karena memang, budget keuangan kami hanya cukup membeli rumah dengan harga murah, dengan harapan bisa dilakukan renovasi kedepannya.
Sedangkan, untuk mengambil rumah secara kredit rasanya kami belum siap mengingat pengeluaran kami yang dirasa masih terlalu besar dibandingkan dengan penghasilan setiap bulannya. Takutnya, jika mengambil kredit rumah, ditengah jalan kami mandeg,  tidak bisa membayar angsuran setiap bulannya.
Ada 2 rumah yang menjadi pilihan kami saat itu. Pertama, sebuah rumah di pinggir jalan, di belakang perumahan tempat kami mengontrak. Yang kedua, sebuah rumah di perumahan lama yang sepi terletak di sebuah bukit, dengan jalan menanjak dan masih dikelilingi kebun-kebun serta rumah-rumah kosong dan rusak yang ditinggalkan pemiliknya.
Kenapa akhirnya kami memilih rumah yang kedua ? Sebenarnya ada beberapa alasan,
Rumahnya terletak persis di pinggir jalan, yang sering dilalui truk pengangkut air minum, karena kebetulan di daerah tersebut merupakan sumber mata air.
Lokasi rumah persis di jalan menanjak, sehingga saat truk melintas pasti terdengar suara bising dari mesin truk.
Tembok rumah yang masih menempel dengan rumah saudara-saudara pemilik rumah, dengan halaman yang menjadi milik bersama, dikhawatirkan akan menjadi sengketa di kemudian hari.
Tidak adanya garasi.
Dengan pertimbangan tersebut, akhirnya kami memutuskan untuk memilih rumah yang kedua. Dengan harga kurang dari 100 juta, kami membeli rumah tersebut dengan kondisi yang masih memerlukan perbaikan.
Ada beberapa atap rumah yang bocor, tidak adanya dapur serta teras, juga belum tersedianya penampungan air serta listrik membuat kami berniat merenovasinya terlebih dahulu sebelum ditinggali, dengan budget seadanya.

Perbaikan pertama dilakukan di dalam dan bagian belakang rumah. Rumah tipe 21 dengan satu kamar tidur serta luas tanah 60 meter persegi tersebut, menjadikan ada lahan kosong yang tidak terpakai di belakang rumah.
Dengan pekerjaan suami sebagai seorang drafter, kami mendesain rumah yang low budget. Tanah kosong di belakang rumah kami jadikan dapur merangkap ruang makan, maksudnya agar dapur terkesan lebih luas serta saat kami di meja makan, tidak perlu ada sekat dengan dapur. 
Kamar mandi kami pindahkan dari yang tadinya disebelah kamar, kami pindahkan ke belakang dekat dapur. Sedangkan bekas kamar mandi kami robohkan dan dijadikan tempat untuk menonton tv. 
Hampir tidak ada sekat sama sekali, hanya tembok bekas ruang tamu yang masih ada, untuk membedakan ruang tamu dengan dapur/serta ruang makan. Hanya ada 3 pintu di rumah ini, pertama pintu masuk rumah, pintu kamar tidur serta pintu kamar mandi.
Untuk bagian depan serta kamar, kami sengaja tidak merubah apapun, hanya memperbaiki atap rumah yang  bocor, serta membuat teras. Kondisi pintu serta jendela masih seperti semula. Hanya seluruh lantai rumah, kami ganti dengan keramik warna putih, dari sebelumnya hanya ubin berwarna hitam, serta melakukan pengecatan dengan warna putih di seluruh bagian rumah.

Untuk yang lainnya, kami membuat penampungan air yang ditanam dibawah tanah ( ground tank ), septic tank serta pemasangan listrik. Untuk yang terakhir, prosesnya memakan waktu cukup lama. Kami harus menunggu hingga 3 bulan lamanya, sampai listrik bisa kami nikmati.
Karena saat pembelian rumah ini masih berupa AJB ( Akta Jual Beli ), maka kami pun harus mengurus HGB ( Hak Guna Bangunan ) beserta sertifikat. Sedangkan untuk PBB ( Pajak Bumi dan Bangunan ), kami masih menggunakan nama pemilik rumah yang lama.

Untuk halaman depan, kami membuat garasi serta tempat menjemur pakaian di sebelahnya. Untuk garasi kami pasang kanopi seadanya, dengan mengandalkan asbes sebagai atapnya, dan kayu sebagai tiangnya.
Memang terlihat tak biasa, namun setidaknya untuk melindungi agar kendaraan yang terparkir tidak kena hujan. Jarak antara pagar garasi dengan pintu masuk utama sekitar 4,5 meter.
Sedangkan untuk pagar, kami mengandalkan pagar model BRC, dengan lebar 5 meter serta tinggi 1,4 meter. 5 meter lainnya kami tembok, selain untuk menyimpan pot tanaman juga untuk meminimalisir biaya pembuatan pagar. Atasnya sengaja kami tak memasang atap, karena dijadikan tempat menjemur pakaian.
Pertama kali kami pindah ke rumah baru kami, lingkungan tempat kami tinggal masih sepi, masih banyak lahan kosong di sekitar komplek perumahan. Bahkan didepan rumah serta disebelah rumah kami, masih banyak rumah kosong yang tidak terawat karena tidak ditempati pemiliknya.
Belum lagi dengan posisi perumahan yang terletak diatas bukit, menjadikan siapa saja yang pertama kali bertamu ke rumah kami dibuat ketar-ketir dengan posisi jalan yang menanjak. 
Namun seiring berjalannya waktu, serta dimulainya pembangunan perumahan baru tepat di dalam perumahan tempat kami tinggal, suasana komplek menjadi lebih ramai. Apalagi setelah dibangun pos security di pintu masuk serta pintu keluar kompleks, menjadikan tempat kami tak lagi sepi.
Bahkan di kanan kiri rumah, yang tadinya rumah-rumah kosong, kini banyak yang telah direnovasi serta banyak yang telah ditempati. Baik oleh pemiliknya maupun penghuni baru yang mengontrak rumah.
Jika dulu hanya ada mushola kecil yang letaknya hanya beberapa meter dari rumah, kini ditambah dengan dibangunnya sebuah mesjid, beberapa blok dari tempat kami berada. Sedangkan mushola dekat rumah diperbaiki dengan swadaya masyarakat serta donatur.
Begitupun dengan rumah kami. Selama hampir 6 tahun ditempati, ada beberapa hal yang berubah. Jika sebelumnya kami mengecat rumah dengan nuansa putih, kini kami ganti dengan cat berwarna hijau.
h.

Merenovasi rumah maupun membangun rumah memang memerlukan waktu serta biaya yang tidak sedikit. Bahkan ada yang mengatakan jika membangun rumah memerlukan biaya yang lebih dari yang telah direncanakan.
Itu ada benarnya juga. Contohnya bisa dilihat dari pengalaman kami ini. Awalnya kami merasa sangat beruntung bisa membeli rumah dengan harga murah dibawah 100 juta. Namun karena banyak yang harus direnovasi, akhirnya setelah dihitung-hitung, biaya renovasi hampir mendekati 2 kali lipat dari harga beli rumah.
Tapi memiliki rumah sendiri adalah impian setiap keluarga. Ada banyak keluarga lain disana yang mempunyai pengalaman yang tak berbeda dengan kami, namun dengan budget yang berbeda tentunya. Bahkan ada banyak yang membeli rumah lebih mahal dari rumah yang kami miliki.
Terlepas dari itu, setidaknya kami merasa puas. Karena dengan begitu, kami bisa merancang konsep rumah impian kami sendiri. Dengan desain sesuai dengan dompet kami tentunya. Dan tidak terlepas dari peran orang tua didalamnya, terutama mengenai biaya dan lainnya.

Bahkan kini, dengan adanya program pemerintah mengenai " Program sejuta rumah ", sepertinya memiliki rumah sendiri bukan hanya sebatas impian. Dengan uang muka yang tidak begitu mahal serta bunga kredit yang murah, setiap keluarga di Indonesia bisa dengan mudah mengambil kredit perumahan.
Dari mulai rumah subsidi hingga non subsidi, rusunawa hingga perumahan di kompleks elit, semuanya bisa dengan mudah didapatkan. Bahkan kini telah mulai dicanangkan kredit rumah dengan tanpa uang muka serta kredit sebesar 0 %.
Semua itu dimaksudkan tak lain, agar semua keluarga di Indonesia mendapatkan tempat yang layak serta rumah impiannya masing-masing. Ada beberapa perbankan yang khusus menangani sektor perumahan. 
Jika dulu ada BTN ( Bank Tabungan Negara ) yang ditunjuk pemerintah sebagai lembaga keuangan yang mengurusi bidang perumahan, kini ada TAPERA ( Tabungan Perumahan Rakyat ), yang fungsinya sama dengan BTN.
Tinggal kita mau memilih yang mana. Dengan BTN ataupun TAPERA, membeli rumah dengan kredit maupun secara cash, membeli jadi ataupun membeli kavling kosong kemudian dibangun rumah, membeli rumah tanpa renovasi ataupun harus terlebih dahulu melakukan renovasi. Semua mempunyai tujuan yang sama, bagaimana caranya memiliki rumah impian sesuai keinginan. 
Kondisi rumah saat pertama dibeli

Banyaknya kerusakan membuat kondisi rumah harus direnovasi terlebih dahulu sebelum ditempati
Persiapan renovasi rumah
Renovasi rumah dilakukan oleh 3 tukang

Sumber poto diambil dari dokumen pribadi serta dokumen Https://perumahan.pu.go.id/

Artikel ini diikutsertakan dalam lomba penulisan artikel meraih mimpi rumah #1 yang diselenggarakan oleh  Https://www.pu.go.id/ serta Https://perumahan.pu.go.id/











Kondisi setelah rumah selesai dicat dengan nuansa putih
Akses jalan masuk menuju kompleks perumahan dengan kondisi menanjak







Comments

Popular posts from this blog

Mau Jalan-Jalan Kemana Setelah Pandemi Usai? Ini 4 Kawasan Wisata yang Harus Saya Kunjungi Nanti!

Kau Wanita

11+ Cara Meningkatkan Potensi Ekspor Indonesia