Dari grafik tersebut terlihat bahwa sektor Pariwisata mengalami kenaikan yang signifikan hingga tahun 2019, namun berbanding terbalik dengan sektor migas, batubara serta sektor kelapa sawit dan karet.
Ini mungkin didasari dari berkurangnya bahan baku yang tersedia serta faktor-faktor yang lainnya.
Sektor wisata ini terbagi dalam beberapa bagian, diantaranya meliputi sektor wisata bahari ( marine tourism ), wisata ekologi ( ecotourism ), wisata petualangan ( adventure tourism ), wisata warisan budaya dan sejarah ( heritage and pilgrim tourism ), wisata belanja dan kuliner ( culliner and shopping tourism ), wisata kota dan desa ( city and village tourism ), serta wisata olahraga ( sport tourism ).
Dengan bukti-bukti tersebut, diharapkan sektor Kepariwisataan di Indonesia akan bisa lebih maju terutama jika dikembangkan menjadi Pariwisata yang berkelanjutan, khususnya yang berkaitan dengan lingkungan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Namun dengan adanya wabah pandemi covid 19 ini, otomatis merubah segala kemungkinan yang ada, termasuk diantaranya dalam sektor Pariwisata.
Selama PSBB ( Pembatasan Sosial Berskala Besar ), sudah dipastikan semua sektor pariwisata, baik itu perhotelan, obyek wisata, transportasi serta rumah makan dan restoran sebagai sarana pendukung, diharuskan menutup dan menghentikan aktivitas untuk sementara waktu, setidaknya hingga covid 19 ini berlalu.
Namun yang terjadi dilapangan, bukan seperti itu adanya. Wabah ini bukannya melandai ( flattering curve ), tapi malah meningkat, bahkan diprediksi, bahwa kasus positif coronna di Indonesia saat ini bukanlah puncak dari gelombang covid 19. Ini diartikan bahwa akan ada lagi penyebaran covid 19 yang jauh lebih dahsyat dari yang terjadi saat ini.
Hal ini tentu saja berdampak buruk bagi sektor Pariwisata dan yang lainnya. Selama 4 bulan terakhir, tepatnya bulan Maret-Juni 2020, telah banyak tempat pariwisata yang menutup usahanya, bahkan tidak sedikit pelaku wisata yang merumahkan hingga memberhentikan karyawannya, dengan alasan karena selama penutupan tempat wisata, mereka tidak memperoleh pemasukan sama sekali.
Belum lagi dengan banyaknya destinasi wisata yang terbengkalai serta minim perawatan.
Memang, wabah coronna ini bukanlah masalah negara kita saja, karena dengan statusnya sebagai pandemi, maka dengan sendirinya, wabah covid 19 ini sudah menjadi masalah dunia.
Dengan demikian, bukan hanya Pariwisata Indonesia saja yang terpuruk, juga Pariwisata negara-negara lain di dunia, yang berdampak pula terhadap perekonomian dunia.
Begitu juga dengan bidang-bidang lainnya. Mungkin alasan itu pula yang menjadi pertimbangan pemerintah hingga akhirnya menerapkan kebijakan "New Normal", menggantikan kebijakan PSBB.
Karena jika menerapkan PSBB terlalu lama, dikhawatirkan akan membawa dampak yang lebih buruk, terutama di bidang perekonomian, yang berimbas kepada semua pelaku usaha, dengan ketentuan tidak terlepas dari protokol kesehatan.
Walaupun New Normal ini bersifat "New Normal Transisi", yaitu penerapan adaptasi kebiasaan baru dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang sesuai dengan instruksi WHO, namun setidaknya ini bisa dijadikan sebagai harapan baru bagi pelaku wisata di Indonesia untuk memulai kembali aktivitas kepariwisataan, yang sebelumnya sempat terhenti.
Memang tidak bisa sekaligus bisa mencapai target, namun setidaknya konsep Pariwisata yang Berkelanjutan terhadap lingkungan ini bisa segera tercapai.
Lalu apa saja yang harus dilakukan dalam mendukung Pariwisata Berkelanjutan dan Lingkungan
ini,terutama dimasa new normal ini?
Mungkin langkah-langkah dibawah ini bisa sedikit membantu :
1. Membenahi manajemen hingga target perusahaan. Jika sebelum Pandemi, target perusahaan adalah bagaimana mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, mungkin di era new normal, target itu bisa diubah menjadi bagaimana pelaku usaha dan tempat wisata yang kita kelola bisa bertahan ditengah pandemi coronna ini. Setidaknya tidak ada pemutusan hubungan kerja karyawan dan wisatawan masih bisa berkunjung ke tempat wisata yang kita kelola.
2. Melakukanpromosigencar-gencaran. Contohnya dengan diskon 35% -50% untuk fasilitas penginapan/hotel, transportasi gratis dari bandara ke tempat wisata, jika objek/tempat wisata tersebut dekat dengan bandara, diskon 50% untuk wahana tertentu, dsb.
3. Mencari agen promosi yang bersedia melakukan promosi tempat wisata yang kita kelola.
4. Membangun wahana wisata baru yang sekiranya akan diminati wisatawan, serta memperbaharui destinasi wisata yang ada.
5.Menerapkan protokol kesehatan dalam setiap aktivitas pariwisata. Termasuk menyediakan sarana-prasarana pendukung, misalnya pengukur suhu tubuh ( thermo gun ), disinfektan, masker/faceshield, tempat cuci tangan beserta handsanitizer di setiap pintu masuk, toilet serta di lokasi-lokasi strategis lainnya, serta APD untuk jaga-jaga jika dalam keadaan darurat, berikut tenaga medis dan P3K yang harus selalu ada dan tersedia.
6. Mempersiapkan konsep Pariwisata dan Lingkungan yang Berkelanjutan. Ini berhubungan dengan kemampuan kita dalam meyakinkan wisatawan untuk menjaga dan melestarikan tempat wisata disamping menikmati liburan.
7. Misalnya menyediakan transportasi ramah lingkungan dari penginapan ke tempat wahana maupun destinasi wisata, seperti sepeda misalnya, jika penginapan dan objek wisata tidak terlalu jauh, lebih baik lagi jika bisa diakses dengan berjalan kaki.
Tinggal kita memikirkan bagaimana menyiapkan sarana dan prasarana yang bisa membuat wisatawan mau dan nyaman untuk berjalan kaki.
Setidaknya itu bisa
mengurangi jumlah CO2 yang berasal dari kendaraan.
8. Berbagi info tentang Kepariwisataan dengan pelaku wisata yang lainnya.
Saling berbagi pengetahuan serta menjalin kerjasama bagaimana mempromosikan tempat wisata masing
-masing.
Alangkah bagusnya jika semuanya bergabung mencari agen promosi untuk mempromosikan tempat wisata yang sama. Misalnya pelaku wisata Wakatobi, Bunaken, Losari serta Tana Toraja bergabung dalam satu agen promosi, mempromosikan wisata di Pulau Sulawesi.
Itu hanya sebagian langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh pelaku wisata di era new normal ini. Sedangkan untuk wisatawan, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mendukung Pariwisata Berkelanjutan dan lingkungan ini, diantaranya:
1. Memilih transportasi yang minim polusi, misalnya lebih memilih memakai kereta listrik dibandingkan dengan pesawat terbang, setidaknya kereta lebih sedikit menyumbang polusi terhadap Pemanasan Global, dibandingkan dengan pesawat terbang.
2. Jika tempat wisata tersebut dekat dengan tempat tinggal, memakai sepeda atau berjalan kaki bisa dijadikan alternatif sebagai alat transportasi yang sehat menuju tempat yang dituju.
3. Tetap menerapkan protokol kesehatan, tetap jaga jarak, selalu memakai masker, membiasakan cuci tangan, membawa hand sanitizer, usahakan untuk menghindari kerumunan, walaupun ditempat wisata identik dengan kerumunan dan banyak orang, namun kita bisa memilih tempat VIP, yang tidak terlalu banyak orang.
Misal jika kita ingin berenang, ada baiknya memilih berenang diruangan khusus VIP, dibandingkan dengan kolam renang umum.
Ataupun jika ingin melakukan diving, bisa dilakukan dengan menyewa trainer secara pribadi dibandingkan bergabung dengan banyak orang dalam suatu rombongan.
4. Saat kita meninggalkan tempat wisata tersebut, jangan meninggalkan apapun selain jejak kaki dan kesan yang baik.
Itu merupakan suatu istilah yang menjelaskan bahwa saat kita memasuki tempat wisata, jangan sekali-kali menyentuh apapun yang tak boleh dipegang,
Comments
Post a Comment
Komen sesuai topik/tema yaaaa !!